Bagi anda yang dulu pernah singgah atau tinggal di Kampung Kauman Parakan, dan selama lima tahun atau mungkin lebih, anda belum pernah berkunjung lagi ke kampung tersebut. Maka ketika anda berkunjung lagi, dijamin akan pangling.
Kampung Kauman yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kelurahan Parakan Kauman Kec. Parakan Kab. Temanggung, sebetulnya merupakan sebutan untuk lingkungan yang terdapat di sekitar Masjid Al Barokah Bambu Runcing Parakan Kauman. Meskipun secara administratif terbagi ke dalam dua pedusunan yang berbeda yaitu Dusun Karang Tengah dan Dusun Jetis Kauman, namun nampaknya sebutan Kampung Kauman itu sudah manjing, bahkan sudah dikenal turun temurun baik oleh warga setempat maupun warga dari luar.
Sebagaimana Kampung Kauman di daerah-daerah lain, yang biasanya masyarakatnya dianggap religius, mungkin demikian juga dengan warga di Kampung Kauman Parakan. Paling tidak disamping terdapat sebuah masjid yang ukurannya terbesar di Kecamatan Parakan, terdapat juga dua buah pesantren, lima buah madrasah/sekolah dari tingkat dasar sampai atas, sebuah TK dan tempat kajian-kajian (pengajian) berkala yang semuanya diselenggarakan oleh masyarakat.
Kampung yang dibelah oleh jalan raya sepanjang lebih kurang 300 m. dan terletak di sebelah timur terminal Parakan tersebut mempunyai masyarakat yang homogen, tetapi dari segi mata pencahariannya, jenisnya sangat beragam. Banyak diantara mereka yang berprofesi sebagai pedagang, buruh, petani, pegawai dan sektor informal yang lain.
Khusus untuk sektor perdangangan, dulu di era 60 sampai 80-an kampung Kauman dikenal sebagai sentra bakul wade, sebutan untuk para pedagang pakaian di Pasar Legi Parakan. Bagi mereka yang tidak berdagang di pasar, pekerjaanya adalah menerima jasa menjahit, misalnya menjahit mbayak, kathok kolor, oto, kotang dsb. Yang hasil jahitan itu selanjutnya dibawa ke pasar oleh para pedagang.
Seiring perkembangan zaman, masyarakat lebih suka pada hal-hal yang praktis, demikian juga dengan para pedagang itu, akhirnya mereka lebih suka kulakan ke grosir-grosir atau bahkan langsung ke Pasar Klewer di Solo atau Pasar Tegalgubug di Cirebon.
Bahkan karena makin berkembangnya tuntutan, kebutuhan dan gaya hidup, banyak konsumen yang beralih ke supermarket-supermarket dan mal-mal seperti di Magelang, Yogyakarta dan Semarang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Jadi praktis, para pedagang itu kini hanya bisa berharap menangguk untung besar dari konsumen tradisional (sanakan) mereka, yaitu ketika menjelang Lebaran dan datangnya panen raya tembakau, itupun kalau hasilnya tidak ambleg.
Dengan kondisi di atas, maka tidak sedikit para pedagang pakaian dan penerima jasa jahitan yang gulung tikar atau banting stir membuka usaha lain. Memang masih banyak yang survive, tetapi mereka kebanyakan adalah generasi terakhir yang mungkin akan kesulitan mencari penerus, karena anak-anak mereka kebanyakan lebih suka bekerja di sektor-sektor yang lain.
Perubahan
Kini, banyak yang berubah di kampung yang dulu pernah menjadi salah satu pusat konsentrasi perjuangan pada masa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya. Suasana yang dulu relatif lengang sekarang sudah berubah dengan drastis.
Rumah-rumah yang terletak di tepi jalan yang diberi nama salah seorang tokoh legendaris Bambu Runcing dari Kampung Kauman yaitu KH. Subchi, dahulu kebanyakan hanya berfungsi sebagai rumah tinggal. Kini sudah berfungsi ganda, yaitu juga sebagai tempat usaha..
Meski situasi roda perekonomian berjalan lambat, namun selama lebih kurang lima tahun belakangan ini, banyak warga Kampung Kauman yang membuka usaha selain yang disebut di atas. Jika diurut dari ujung jalan masuk ke kampung Kauman, yaitu dari perempatan pasar kembang (dahulu tempat orang berjualan kembang), usaha yang mereka buka sangat bervariasi dan dapat dikelompokkan sebagai berikut: ada yang menyediakan kebutuhan rumah tangga, onderdil kendaraan, counter HP, peralatan elektronik, busana dan peralatan sekolah.
Anda yang suka berwisata kuliner, di Kampung Kauman juga tersedia berbagai jajanan, ada bakso, mi ayam, mi ongklok, sate, soto dan sebagainya yang pokoke mak nyuss… Bahkan pada setiap hari minggu pagi, di MI Al Maarif Kauman terdapat Pasar Ahad Pagi yang menyediakan berbagai penganan buatan rumahan seperti nasi gudangan , buntil, tempong, moho dan masih banyak yang lainnya, yang dijajakan bersamaan dengan diadakannya Pengajian Ahad Pagi, yang biasanya diikuti oleh ratusan orang dari berbaga penjuru di Kab. Temanggung.
Ada juga yang bergerak di bidang jasa, misalnya membuka bimbingan belajar, sablon, rental komputer, pemesanan kaos, wartel sampai tempat cuci mobil, yang hampir semua sektor usaha di atas diusahakan oleh warga lokal.
Apakah gambaran di atas merupakan penanda bangkitnya entrepreneurship, suatu sikap hidup berwira usaha untuk menyiasati semakin sulitnya hidup. Wallahu a’lam. Yang jelas gambaran di atas merupakan respon yang positif terhadap kondisi dan situasi yang lesu pada saat ini. Meski masih banyak juga saudara-saudara yang lain, yang masih gamang menghadapi kehidupan.
Jalan yang dahulu lengang itu, kini menjadi hiruk-pikuk oleh kendaraan. Para pejalan kaki menjadi tidak nyaman, apalagi di lintasan jalan tersebut banyak terdapat lembaga pendidikan, oleh karena itu pihak yang terkait sudah harus mulai memikirkan pembangunan sarana yang aman dan nyaman bagi para seluruh pengguna jalan. (Abd. Faqih Dewantoro, Guru Madrasah Muallimin Parakan Kauman 803 Parakan Temanggung 56254 0293-598063
nice article. aku ada saudara di candiroto. beberapa tahun lalu perkembangannya belum sepesat itu, ga tahu nih sekarang udah kayak apa.
ya begitulah. Perkembangannya sudah semakin pesat dan penduduknya padat.
Anda sendiri dari mana asalnya?
sering mudik ke temanggung gak?
salam
Udin
sekretaris PIKATAN
saya lahir dan menghabiskan usia sekolah dasar di parakan, setelah itu belajar ke beberapa tempat dan sekarang tinggal di yogyakarta. bagi saya kauman parakan adalah kenangan manis masa kanak-kanak saya. setiap pulang ada saja perubahan yang terjadi, tapi apapun perubahan itu bagi saya setiap sudut mengandung kenangan khusus yang melekat dan sulit hilang dari ingatan. hal itu bisa menjadi energi positif dalam menjalani kehidupan ini.
masa masa dimana saya tumbuh dan belajar,meninggalkan kenangan yang tak terlupakan .masa masa itu begitu tersentuh setelah jauh dari kampung halaman.buka buka situs yang ada gambaran kota parakan ini bisa jadi bikin obat pelipur rindu kampung halaman yang dingin.salam buat semuanya dari Bontang
Aku temen SD-mu (semoga masih ingat). Btw, aku kayaknya masih nyimpen dua buku Api di Bukit Menoreh punyamu. Aku pinjam waktu kelas 4 SD (guru kita namanya Bu Gi kan ya?)
Kapan-kapan kalau pulang kampung, Insya Allah, aku kembaliin itu buku yang sudah dirumahku selama seperempat abad itu.
Waktu pinjam, aku datang ke rumahmu (di belakang Madrasah ya?) dan membongkar tumpukan buku-buku di loteng.
sebagai cah kauman di perantauan, saya benar2 kangen dengan kondisi kauman di jaman jaya2nya dulu
pagi sekolah biasa, menjelang sore masuk madrasah diniyah, malamnya jadi santri kalong … capek tapi benar2 berkesan. Dulu dan sekarang memang beda, dulu banyak kendaraan enggan lewat jalan KH Subkhi karena jalannya gak mulus, sekarang jalan KH Subkhi teramat padat. Semoga kauman masih bisa mempertahankan sisi religinya 🙂
Ass.
Mas Fakih, trus piye kabare IKRIMA?Po isih mlaku?salam wae kanggo kabeh…
Wassalam
walaupun aku tidak lahir di parakan tapi aku gede besar di parakan, so aku sangant terkesan sekali kalo pas riyoyo numpak andong liling kota, ujung ke rumah-rumah, sekarang masih masih ada gak ya? udah lama gak pulang ke parakan. salam untuk teman2 di parakan coyudan, kauaman khususnya. jumali jakarta
gimana nih….kota parakan tercinta ,…geliatmu mana…..kota kota lain dah semangat membangunkan diri…aku ada usul nih setiap kota tuh biasanya ada alon alonnya,..bagaimana kalau kota kita juga diusulkan supaya punya alon alon, biar terlihat sempurna sebagai kota seperti yg lainnya. juga bangun tempat tempat ruang publik yg fungsinya sbagai tempat rekreasi, santai anak-anak, keluarga.juga taman taman yang teduh hijau-hijauan pepohonan…wah aku bayangkan parakan akan terlihat indah sekali..(fuadi lkirom coyudan , salam tuk semua temen temen di parakan)
Kota Parakan tuh sbetulnya juga punya banyak tokoh tokoh Pahlawan lho…misal, KH.SUBCHI, MR. ROEM, LAUW DJING TIE, (Maestro kungfu indonesia, dikenal juga sampai negara amerika), LIEM THIAN JOE, (tokoh wartawan budayawan, pengarang buku buku terkenal, termasuk SEMARANG TEMPO DOELOE) Beliau beliau ini adalah merupakan tokoh pengharum nama kota Parakan. diharapkan kita bisa memperjuangkan Namanya sehingga terkenal menjadi Pahlawan Nasional, dari pada sekedar pahlawan daerah. mengingat jasanya yang tidak sedikit dalam menorehkan tinta emas perjuangan, sehingga terciptanya Indonesia seperti sekarang ini.
Baru baru ini Kota Parakan kedatangan serombongan tamu dari persatuan pemerhati peninggalan tiong hoa, juga bersama seorang tamu dari negara Amerika serikat, namanya RONALD G KNAPP, Beliau adalah seorang pemerhati budaya budaya tiong hoa. rupanya dia sangat kagum dengan rumah peninggalan tokoh Maestro kungfu LAUW DJING TIE di gambiran Parakan, mengingat asset budaya diParakan itu juga tidak sedikit, dan juga banyak dikagumi banyak kalangan baik di Indonesia maupun luar negeri, alangkah baiknya kita juga diharapkan ikut juga melestarikan serta bilamana perlu bangkitkan asset budaya kita. agar bisa menjadi tempat wisata budaya. dengan demikian diharapkan bisa meningkatkan pendapatan daerah
tak dapat dipungkiri, kota parakan yang mungil ini sudah mulai terasa menggeliatnya…. terbukti parakan sudah mulai terasa kehidupan malam dengan menawarkan berbagai hiburan kafe kafe malam, musik, karaoke, minum minuman pnghangat tubuh sambil menikmati hentakan musik musik , memang kita sadari mau gak mau sebetulnya kota kita sedang berjalan merangkak kearah sebuah kota yang lebih permisif dengan klubing klubing atau kehidupan malamnya dengan simbol simbol kota sudah mulai terasa,yang kalau kita gak berhati hati dan waspada akan membahayakan generasi kita yang notabene parakan sebagai kota religious
kalau kita rasakan sebetulnya kota kita yang sudah diakui menjadi pelopor perjuangan Bambu runcing itu, seyogyanya punya motto kota: BAMBU RUNCING, yang menurut kami bambu rucing adalah bisa merupakan sebuah kepanjangan dari rangkaian kata :B ersih A sri M enawan B daya U nggul R api UN tuk CI ptakan masyarakat N an G emilang.
setelah lama saya mencari berbagai informasi, ternyata saya telah menemukan lagi seorang tokoh penting kelahiran kota Parakan pada tahun 1918 dan beliau berkiprah didunia pendidikan khususnya di bidang seni peran . theater di IKJ Jakarta, Institut Kesenian Jakarta, dan beliau juga termasuk jajaran pendiri cikal bakal IKJ. beliau adalah JADOEG DJAJAKOESOEMA, Seorang seniman ternama pada waktu itu yang berpendidikan di Amerika dan beliau terkenal yang membawa nama seni Indonesia masuk kekancah keartisan tingkat dunia pada waktu itu, beliau wafat pada tahun 1987, semoga dengan adanya beliau bisa memberi semangat pada generasi muda kita
Bagaimana niiih… kartunis kartunis, komikus komikus PARAKAN marii bersatu membuat suatu karya yang monumental… cerita tokoh tokoh kelahiran Kota kita PARAKAN , dibuat suatu cerita komik yang populer tokoh tokoh antara lain kisah Bambu runcing , KEPAHLAWANAN MBAH K.H.SUBUKI, misal… ataou KUNGFUIS PARAKAN LAUW DJING TIE….di buat berseri… wah harapan kita tokoh 2kita bisa kita populerkan melalui media cergam, komik , novel, atau bahkan sinetron berseri… gimana teman2…..
nice article
jadi pengen kesana